Sabtu, 24 Maret 2012

Remaja Bisa

Banyak yang mengatakan bahwa masa muda, masa remaja adalah masa yang paling indah. Masa di mana penuh keceriaan dan kebersamaan dengan teman-teman sebaya baik di sekolah ataupun lingkungan pergaulan yang lain. Sebagian anak muda malah telah menorehkan prestasi yang begitu membanggakan baik dalam kancah nasional atau internasional, ada pula yang telah menjadi miliuner di usia muda.
Tidak semua anak muda beruntung bisa menapaki masa mudanya dengan mulus. Perkembangan emosi pada masa pubertas yang meletup-letup pada sebagian remaja, malah menjadikan bumerang yang membawa pada pergaulan buruk. Alih-alih masa indah yang dihasilkan, malahan hal-hal yang tidak diinginkan yang didapat, seperti putus sekolah, renggang dengan ortu, kecanduan narkoba, kena HIV sampai hamil di luar nikah. Ada apa dengan masa remaja? Bagaimana supaya kita semua bisa melalui masa muda dengan mulus?

Masa Remaja (Adolescence)

Remaja menurut definisi psikologi adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Sebagian ahli menggolongkan masa remaja itu antara 13-18 tahun, sebagian ahli yang lain menambahkannya dengan masa dewasa awal yaitu antara 18-22 tahun.
Masa remaja ditandai dengan datangnya pubertas, yaitu proses kematangan seksual yang mengubah seorang anak menjadi individu yang matang secara biologis untuk melakukan reproduksi seksual. Perempuan biasanya mengalami masa pubertas lebih awal dari pada laki-laki. Data mengatakan bahwa pubertas mempunyai efek psikologis pada remaja yaitu pada citra tubuh, mood, harga diri, hubungan dengan orang tua dan lawan jenis. Namun dikatakan pula bahwa banyak juga sebagian remaja yang melewati hal ini tanpa kegalauan yang berat (Atkinson, 2010).
Menurut seorang ahli psikososial bernama Erikson, setiap tahap perkembangan manusia selama hidupnya terdapat krisis yang harus dihadapi masing-masing individu sesuai kelompok usianya. Pada masa remaja yang kira-kira berkisar dari umur 10 – 20 tahun, krisis yang dihadapinya adalah krisis identitas. Pada masa ini, remaja berusaha mencari jati dirinya. Anak muda mempertanyakan hal-hal seperti siapa aku, ingin seperti apa diriku dan apa yang aku cari dalam hidupku. Remaja juga akan mengeskplorasi banyak hal untuk menemukan identitasnya. Namun kerap saat pencarian identitas ini remaja harus berbenturan dengan orang tua atau aturan yang ditetapkan orang dewasa. Lingkungan dan orang tua/dewasa yang suportif dapat membantu remaja menemukan jati dirinya secara sehat dan membantunya keluar dari krisis identitas (Santrock, 2008).

Potensi Remaja

Hal yang menguntungkan pada masa remaja akhir atau dewasa awal adalah secara fisik mereka telah berkembang dengan sempurna, mempesona, muda, tinggi juga kuat. Pada masa ini remaja menuju puncak stamina dan energinya. Dari segi kognitif pun tak kalah menguntungkan. Dari segi pengetahuan, remaja telah menyapu pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup (life skill), atau sebagai dasar untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dari segi perkembangan kognitif, menurut Piaget, remaja juga berada pada akhir tahap perkembangannya. Yaitu tahap perkembangan kognitif yang dikenal tahap operasional formal di mana pada tahap ini remaja telah mampu berpikir abstrak, idealistik dan logis.
Dengan semua kelebihan remaja, jadi apa yang kurang dimiliki anak muda untuk unjuk diri? Anak muda punya banyak hal untuk maju. Anak muda punya fisik yang prima, energi dan semangat yang menggebu, otak yang encer, teman yang banyak, bahkan orang tua yang siap memberi dukungan, baik secara moral dan finansial. Asal anak muda itu bisa fokus untuk terus mencapai hal-hal yang positif yang diinginkan, mereka bisa jadi apapun. Seperti pepatah yang mengatakan “Jika kamu berpikir kamu bisa, maka kamu BISA”
Sejarah bahkan banyak bercerita kepada kita bahwa remaja bukan saja bisa berprestasi namun mampu menciptakan tonggak sejarah. Tak usah jauh-jauh contohnya di negeri kita sendiri. Pada jaman penjajahan Belanda, Kebangkitan Nasional dan Sumpai Pemuda, semua diinisiasi oleh anak muda pada jamannya. Selanjutnya para proklamator kita juga memproklamasikan kemerdekaan karena desakan para pemuda. Dan yang semua pasti kita tahu, datangnya era reformasi adalah karena juga gerakan mahasiswa pada saat itu. Bahkan gerakan reformasi kita perlahan namun pasti rupanya membangkitkan kesadaran pemuda di Timur Tengah, yang berimbas pada revolusi di negara-negara Arab seperti sekarang ini.

Kini Saatnya
 
Lalu bagaimana dengan anak muda kita pada masa sekarang? Anak muda sekarang rupanya juga tak mau terjebak akan banyak intrik, janji-janji dan kebohongan politik yang terus menerus membuat kita apatis. Dari mahasiswa sampai anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) unjuk gigi untuk berprestasi. SMK yang dulu dipandang sebelah mata justru terbukti peka dan menciptakan solusi bagi kebutuhan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Mereka menghasilkan karya inovatif di berbagai hal dari aplikasi ponsel, alarm motor, sepeda, mobil kiat esemka bahkan ikut merakit pesawat terbang Jabiru. Ketenaran mobil Kiat Esemka bahkan konon menohok beberapa pihak yang tidak berhasil mengembangkan mobil nasional.
Kini, masihkah kamu ragu akan kemampuan dan potensimu? Asalkan kita sungguh-sungguh menekuni bidang yang sesuai minat kita dan berpikir kreatif, keberhasilan bukan suatu hal yang musykil diraih anak muda. Tetaplah fokus pada mimpi kita, tidak perlu larut dalam galau oleh hal-hal yang tidak perlu, jangan sedikit pun bergeming oleh rayuan negatif. Dekatlah kepada Tuhan, karena agama dan Tuhan membentengi kita dari hal-hal negatif. Katakan TIDAK dan menjauhlah dari hal yang bakal merusakmu. Berusaha dan berdoa, berjuang terus sampai akhir. Keberhasilan pun akan menjemputmu.
Selamat berkarya dan berprestasi!

Remaja Pasti Berhasil

Remaja Pasti Berhasil

Saat - saat ini banyak sekali remaja-remaja yang kurang memanfaatkan waktu. Padahal dimasa remaja kita, kita bisa melakukan banyak hal untuk mengharumkan nama bangsa. Misalnya, dengan rajin belajar, sehingga kita dapat mengikuti olimpiade dan menang dalam olimpiade itu. Atau bisa juga dengan membuat karya tulis. Saya sudah membuat sebuah cerita, tetapi sampai saat ini saya belum berani untuk menerbitkannya ke media masa, tetapi saya tahu saya tidak boleh takut karena " Jika menurut kita buruk belum tentu orang lain berkata damikian ".

Kendala keberhasilan remaja :
Oh ya.. kita juga bisa dengan cara tidak menggunakan narkoba, karena narkoba hayalah sebuah penghancur masa depan, juga sebagai penghancur karya kita. Saat - saat ini banyak anak remaja yang sudah menggunakan narkoba.  "Say No To Drugs" . Selain narkoba masih banyak lagi penghancur karya kita, yaitu merokok dan melihat hal-hal yang tidak patut untuk dilihat. Kalian pasti tahu apa "melihat hal-hal yang tidak patut untuk dilihat" yang saya maksud. Sampai saa ini banyak remaja yang melakukan itu bahkan melakukan tindakan yang mereka lihat di media masa, yaitu melakukan hal yang tidak baik.

Kita tidak boleh melakukan hal-hal yang ada di atas, karena hal itu hanyalah sebuah penghancur. Lebih baik kita tidak pernah mengenal hal itu, dari pada kita mengenal tetapi menjadi dampak buruk untuk masa depan kita. Ayo kita jauhi hal-hal itu, ayo ajak teman-teman kita yang sudah melakukan untuk segera bertobat, berhenti melakukannya, dan tidak akan pernah melakukan lagi, serta menjauhi hal buruk itu. Dengan seperti ini remaja akan menjadu contoh untuk dunia, baik anak-anak maupun orang dewasa, bahkan orang tua.

Jangan Pernah Berkata Buruk Akan Karya-mu, Sebab Siapa Lagi yang Akan Memuji Karya-mu Selain Diri-mu Sendiri ? ? ? ? ? ? ?

Ayo Kejar Mimpi-mu Setinggi Bintang di Langit ! ! ! ! !
 Remaja Pasti Berhasil ! ! ! ! !
 :)

Kehidupan Remaja

DUNIA remaja selalu identik dengan problem. Bukan remaja kalau bukan punya problem, begitulah kira-kira ungkapan yang tepat. Akibatnya, kini banyak orangtua yang bingung menghadapi anaknya ketika memasuki usia remaja. Bahkan, kadangkala orangtua ikut larut stress lantaran anaknya yang sedang menghadapi usia-usia transisi (remaja).
Di Amerika Serikat, pernah dilakukan sebuah penelitian tentang kehidupan remaja. Dari penelitian itu merekomendasikan bahwa kaula muda (remaja) adalah tempat berseminya sebuah problem. Bev Cobain misalnya, seperti yang terungkap dalam bukunya “When Nothing Matters Anymore: a Survival Guide for Depressed Teens”  menyatakan, ada sekitar 18 juta penduduk Amerika mengalami problem depresi. Dua puluh persennya adalah Siswa Menengah Atas (SMA) atau usia remaja, yang rata-rata punya masalah psikiatris. Remaja yang terus menerus sedih, marah, kalut, salah paham, atau memberontak, kemungkinan besar adalah mengalami problem.
Tidak ada orangtua yang tidak sedih ketika melihat anaknya diterpa tekanan batin, patah semangat, free sex, pecandu narkotika, suka tawuran dan lain-lain. Lebih-lebih, kini kehidupan di kota-kota besar sangat mengerikan. Metropolitan sebagai simbol kota yang bebas dan “serba ada” cenderung mengiring keadaan menjadi problem remaja. Tidak salah, kalau problematika usia remaja kini semakin komplek. Akibatnya, menyebabkan keprustasian, kegagalan, bahkan kematian remaja.
Dalam bukunya “Menyentuh Hati Remaja: Bimbingan Islami untuk Mengatasi Problem-problem Remaja” Ruqayyah Waris Maqsood dengan tekun dan jeli bagaimana menerapi problem anak pada umumnya. Melalui sentuhan-sentuhan Islam, Ruqayyah berhasil mengatasi segudang problema yang dihadapi anak-anak remaja. Pengalaman terapi islami inilah membuka mata hati para remaja yang terbalut permasalahan, akhirnya keluar dan kini menjadi anak yang ditanagninya menjadi anak menyenangkan, berbahagia dan bisa menikmati usia remaja sejatinya.
Semua orang pasti pernah melewati dan merasakan usia remaja. Namun, semua orang berbeda ketika memasuki usia gejolak itu. Saat-saat kakek-nenek kita dulu remaja, sangat berbeda dengan remaja sekarang. Jadi, standar problem remaja tempo dulu berbeda sama sekali dengan problem remaja kini. Sehingga pendekatan yang dipakai harus secara up to date sesuai dengan problem yang dihadapi remaja modern.
Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah Islam sebagai keyakinan hidup telah memberikan terapi yang sangat bijak. Dan, jarang potensi ini dimanfaatkan orangtua untuk mendekati problem anaknya. Padahal, jika berbicara dengan nuansa bathin agama, anak akan dengan mudah menerima dan bangkit kembali ke jalan yang benar. Yang sering kita jumpai justru sebaliknya. Anak berbuat salah kadang-kadang malah ditekan, dihukum bahkan ada yang kelewat batas hingga diusir keluar dari rumah. Dari sudut pandang apa pun, cara seperti ini kurang tepat untuk mengatasi problem remaja. Bahkan, hal ini akan menambah problem orangtua dan bagi remaja itu sendiri
Mengatasi problem remaja memang membutuhkan kesabaran, pengalaman, dan kondisi yang tepat. Sebagai orangtua harus mengerti kapan ia harus berlaku lunak dan lemah lembut, juga kapan ia harus bersikap tegas dan didisiplin. Tidak bisa orangtua hanya bersikap kasar terus-terusan, atau sebaliknya. Pendek kata, orangtua harus sering-sering menjalin komunikasi secara dialogis. Proses dialogis yang santun dengan sentuhan agama akan menambah harmonisasi antara orangtua dan remaja.
Orangtua adalah teladan pertama bagi anak. Baik buruknya anak sangat tergantung orangtua dalam membimbing dan mengarahkan anaknya. Bahkan, ada sebuah ungkapan yang ekstrim menyatakan “anak merupakan cermin orangtua”. Meski ungkapan ini tidak bisa dijadikan pegangan, tetapi menyiratkan arti bahwa anak adalah bagian dari identitas orangtua. Sehingga orangtualah yang pertama memecahkan problem anaknya sebelum orang lain ikut mengatasinya.
Keberhasilan anak sangat tergantung orangtua. Karena orangtualah yang banyak mengerti kondisi psikis dan fisiologis seorang anak. Setidaknya, ada lima kiat yang dapat dilakukan orangtua dalam mengatasi problem dunia remaja. Pertama, otangtua dapat mencari cara untuk mengembangkan potensi remaja itu dan mengarahkannya menjadi lebih optimal. Dengan cari ini potensi anak akan tersalurkan pada kegiatan-kegiatan yang positif, bermanfaat dan disertai dengan arahan orangtua. Selama ini banyak orangtua yang justru memberikan kebebasan anaknya, tanpa diiringi dengan bimbingan dan arahan yang tepat. Akibatnya anak menjadi salah pergaulan, salah menyalurkan kegiatan sehingga yang muncul justru persoalan-persoalan baru.
Kedua, cara mengajarkan kedisiplinan, kemandirian, dan tanggungjawab. Setiap anak sejatinya dididik agar dapat mandidi dan tanggungjawab. Orangtua tidak perlu sering “memanjakan” anak agar tidak terjadi ketergantungan dengan orang lain. Orangtua dapat memberikan tanggungjawab dan berbagi peran dalam urusan keluarga. Dengan begitu anak akan terbiasa lebih disiplin pada pekerjaanya, punya rasa tanggungjawab dan mandiri.
Ketiga, cara menanamkan nilai-nilai akhlak karimah pada diri anak/remaja. Lingkungan keluarga adalah sarana penanaman dasar-dasar moral atau akhlak pada usia anak. Sebagai pendidikan pertama dan utama, di keluarga anak mulai dikenalkan sikap, perilaku hubungan dalam keluarga. Orangtua dapat menamkan sifat-sifat empati, rasa saling menolong, membantu, memberi dan sebagainya. Begitu pula remaja menjalin hubungan dengan kerabat, tetangga, dan teman-teman mereka. Tak jarang remaja salah pergaulan dalam menjalin hubungan tersebut.
Keempat, metode membangun komunikasi yang efektif bersama remaja. Seiring dengan pertumbuhan usia remaja, biasanya orangtua mulai berkurang hubungan komunikasi dengan anaknya. Karena memasuki remaja, biasanya anak tersebut mulai banyak memiliki teman dan dalam proses mencari pengakuan/identitas diri agar tidak dicap sebagai remaja yang tidak gaul. Disaat inilah peran orangtua dibutuhkan tetap menjalin komunikasi yang intensif, untuk  menanyakan hal-hal mendasar yang semestinya orangtua ketahui. Faktanya, justru seringkali orangtua membiarkan dan terkadang bangga kalau anaknya sudah memiliki banyak teman. Padahal itu sangat berbahya jika orangtua membiarkan tanpa campur tangan.
Kelima, mengajarkan pendidikan seks yang benar dan islami kepada remaja. Munculnya pergaulan bebas dikalangan remaja, menimbulkan rasa cemas orangtua dan siapa saja yang memiliki anak remana. Orangtua berkewajiban menanamkan pendidikan seks pada anak-anaknya sejak usia dini dalam lingkup keluarga. Kebebasan yang diberikan orangtua kepada anaknya seringkali menjadikan tidak terarah dengan baik. Meski begitu, orangtua juga tidak boleh terlalu kaku dan keras untuk mengekang anaknya tanpa penjelasan pemahaman yang menyadarkannya.
Dari kelima cara tersebut, barangkali masih belum cukup. Karena tingkat problema remaja saat ini begitu kompleks. Sehingga upaya pemecahannya sangat mungkin bisa variasi sesuai dengan kadar persoalan yang dihadapinya. Mengekplorasi problematika remaja memang butuh kejelian dan kesabaran yang tinggi. Sebab berbagai persoalan remaja, terutama memasuki tahap pertumbuhan, baik fisik maupun psikis, dengan segala keunikannya memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang memadahi. Barangkali orangtua juga perlu membaca buku-buku, majalah, atau mengikuti seminar tentang remaja agar dapat menyelami berbagai problem remaja dewasa ini. Dengan bekal itulah, orangtua diharapkan bertambah pengetahuan dan pengalamannya.